Besarnya potensi pasar Indonesia, baik di level ritel maupun korporasi, menarik banyak pihak untuk dicermati hingga diterjuni. Terlebih saat ini, dengan pertumbuhan ekonomi digital yang signifikan, yang turut mendorong percepatan penetrasi pasar secara langsung melalui perdagangan lintas batas (crossborder trading), maupun yang dilakukan melalui skema kerja sama tertentu.
Hal ini yang terlihat dalam konferensi daring Virtual Business Delegation to Indonesia bertajuk “Unlocking the Potential of Indonesian E-commerce Market”, yang diselenggarakan oleh EKONID (AHK Indonesien) atau Kamar Dagang Indonesia-Jerman, sejak Selasa kemarin hingga Kamis (26-28/10/2021) mendatang.
Dalam sesi “Introduction of Indonesian e-commerce” di hari pertama acara, yakni paparan tentang kondisi e-commerce di Tanah Air oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), dan perkenalan dari beberapa perusahaan e-commerce, Bhinneka diundang menjadi salah satu narasumber dan diwakilkan oleh Head of Business, Dennis Kumara.
Tidak hanya menjelaskan secara singkat sejarah dan profil Bhinneka yang merupakan pionir e-commerce di Indonesia sejak tahun 1993, Dennis Kumara juga menekankan pada perbedaan karakteristik pasar business-to-consumer (B2C) atau ritel, dan business-to-business (B2B) yang lebih terfokus pada pemenuhan kebutuhan bisnis melalui mekanisme pengadaan bagi korporasi.
Di sisi lain, Bhinneka yang telah menjadi business super-ecosystem juga telah bermitra dengan berbagai jenama terkemuka dunia, yang beberapa di antaranya berasal dari Jerman atau Eropa pada umumnya. Seperti pada kategori produk Maintenance, Repairs, and Operations (MRO): Bosch, Kärcher, Schneider Electric Indonesian, dan banyak lagi lainnya.
Hadir sebagai peserta sasaran, sejumlah perwakilan jenama dari Jerman, Bauerfeind AG, SALUS Haus GmbH & Co KG, Swiss Business Hub, Weleda AG, Robert Bosch, PT, HECH-Europe GmbH, M. Asam GmbH, IHK Bonn.