Membaca buku, termasuk buku self healing, dinilai dapat menghadirkan rasa aman serta mengurangi perasaan cemas dan overthinking karena membaca adalah salah satu terapi untuk menenangkan diri.
Overthinking adalah istilah yang biasa ditujukan kepada orang-orang yang terlalu banyak berpikir, orang yang melakukannya disebut overthinker. Penyelesaian masalah bisa terhambat karena overthinking menyebabkan kamu hanya fokus pada hal-hal negatif yang belum tentu terjadi daripada berusaha mencari solusi.
Perlu kemauan dan tekad yang kuat untuk mengubah kebiasaan overthinking ini. Salah satu hal kecil yang dapat membantu mengurangi overthinking adalah dengan membaca buku self healing. Berikut 7 rekomendasi buku self healing untuk kamu si overthinker.
1. Filosofi Teras – Henry Manampiring
Filosofi Teras adalah buku non-fiksi yang menyuguhkan cara-cara mengendalikan pikiran yang dibalut dengan pendapat para ahli dalam ilmu Psikologi. Buku ini dikemas secara sederhana dengan gaya bahasa yang ringan tetapi sarat akan panduan moral yang berasal dari filsafat Stoisisme, yaitu filosofi-filosofi yang berasal dari Yunani-Romawi kuno, dan dapat dengan mudah diterapkan di kehidupan sehari-hari.
“Ada hal-hal di bawah kendali (tergantung pada) kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali (tidak bergantung pada) kita”, ini adalah salah satu kutipan dalam buku Filosofi Teras yang memberikan pemahaman pada pembaca bahwa tidak semua hal harus menumpuk menjadi satu dalam pikiran.
Tak perlu mencemaskan hal-hal di luar kendali apalagi sampai menyalahkan diri karena merasa gagal. Kamu bisa membeli bukunya di sini.
2. Berani Tidak Disukai – Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
“Dusta kehidupan yang terbesar dari semuanya adalah tidak hidup di sini pada saat ini. Buanglah dusta kehidupanmu, dan tanpa merasa takut, arahkanlah lampu sorot yang terang benderang itu pada hidupmu di sini, saat ini. Itu adalah sesuatu yang bisa kamu lakukan.”
Kutipan dari buku Berani Tidak Disukai tersebut mengisyaratkan bahwa kamu tidak perlu mencemaskan hal-hal tidak penting yang sudah maupun yang belum terjadi dalam hidup.
Cukup untuk terus melakukan yang terbaik di hidup yang sedang dijalani saat ini dan fokus pada diri sendiri. Live your life to the fullest and be present.
Buku ini juga menunjukkan bahwa jika seseorang hidup sambil terus berusaha memuaskan ekspektasi orang lain dan mempercayakan pilihan hidupnya pada orang lain maka itu sama saja dengan membohongi diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Kamu harus berani mengambil pilihan sendiri meskipun nantinya berbeda dengan apa yang disukai orang lain.
3. Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa – Alvi Syahrin
Rekomendasi buku self healing selanjutnya adalah Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin. Buku ini menunjukkan bahwa ada kondisi di mana ekspektasi tidak selalu sesuai dengan realita yang terjadi.
Disajikan dengan gaya bahasa sehari-hari yang ringan dan mudah dipahami, buku ini cocok dibaca oleh berbagai kalangan, termasuk murid sekolah menengah, mahasiswa, fresh graduate, hingga para pekerja di usia pertengahan dua puluhan yang sedang khawatir akan masa depan.
Salah satu kutipan yang ditulis Alvi Syahrin dalam buku ini adalah “mereka yang sukses di usia muda, pasti ada alasan di balik itu. Pasti ada alasan mengapa mereka yang terpilih sukses di usia muda, bukan kita.” Jangan terjebak oleh standar kesuksesan yang dibuat oleh orang lain.
Garis waktu tiap orang untuk mendapatkan kesuksesan yang diinginkan itu berbeda dengan definisi kesuksesan yang berbeda pula. Yang bisa dilakukan sebagai manusia adalah berusaha sesuai kemampuan yang dimiliki sembari terus fokus pada target yang ingin dicapai di masa depan. Do your best!
4. Insecurity is My Middle Name – Alvi Syahrin
“It takes forever to be comfortable with who you are. It takes forever to understand all of our insecurities. And, that’s just normal, and you are doing good so far! And, I’m so proud of you”, tulis Alvi Syahrin dalam buku ini.
Untuk kamu yang selain overthinking juga sering merasa insecure, buku self healing satu ini mungkin dapat menjadi jawaban. Insecurity is My Middle Name akan mengajak kamu berpikir mengenai konsep insecurity, memperbaiki, dan menerima, bukan menghilangkan insecure yang kamu alami.
Lewat 45 bab yang tersedia, kamu akan diajak untuk berdamai dengan diri sendiri dan kekurangan yang dimiliki tanpa terkesan menggurui. Buku Insecurity is My Middle Name bisa kamu dapatkan melalui link ini.
5. How to Respect Myself – Yoon Hong Gyun
Yoon Hong Gyun, seorang dokter kejiwaan, menulis How to Respect Myself untuk membantu kamu mengenal, menghargai, dan mencintai diri sendiri. Setelah membacanya, kamu diharapkan dapat memiliki pandangan baru mengenai hidup yang sedang dijalani.
Hal lain yang tak kalah penting dan mesti ditanamkan adalah tentang menjaga harga diri. Banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk mendapat validasi dari orang lain sehingga lupa untuk fokus pada proses yang sedang dilalui saat ini.
Menurut Yoon Hong Gyun, seseorang yang memiliki harga diri rendah akan kesulitan dalam mengambil keputusan karena terpengaruh oleh pendapat dan penilaian orang lain. So, respect yourself by reading this book.
6. Hidup Apa Adanya – Kim Suhyun
Buku self healing selanjutnya adalah Hidup Apa Adanya yang ditulis oleh Kim Suhyun. Buku yang mulai populer karena menjadi bahan bacaan JungKook BTS ini dapat dijadikan sebagai teman perjalanan untuk kembali melangkah ke masa depan.
Berisi esai-esai tentang refleksi diri, pengalaman, dan penjelasan tentang kehidupan dari berbagai sudut pandang, buku ini mampu menghangatkan hati para pembaca.
Hidup apa adanya menunjukkan bahwa apapun penilaian orang lain, tidak akan berpengaruh pada kehidupan yang kamu miliki, termasuk soal kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan kalimat yang ditulis oleh Kim Suhyun, yaitu inti dari harga diri adalah kepercayaan terhadap diri sendiri sekaligus kehormatan diri yang menganggap bahwa masing-masing pribadi berhak mengejar kebahagiaan.
7. The Things You Can See Only When You Slow Down – Haemin Sunim
“Kita mengetahui dunia hanya dari jendela pikiran. Saat pikiran kita berantakan, maka dunia juga akan berantakan. Dan ketika pikiran kita damai, dunia juga akan damai. Mengetahui pikiran sama dengan mencoba mengubah dunia.” Melalui kutipan tersebut, Haemin Sunim menegaskan bahwa ketika dunia terasa berjalan begitu cepat, kamu tidak harus ikut berjalan cepat juga. Sometimes you need to slow down. Fokus pada diri sendiri dan hal-hal yang bisa dilakukan saat ini.
Buku ini ditulis oleh Haemin Sunim, seorang biksu Buddha asal Korea Selatan yang mengajar meditasi Zen. Melalui tulisan-tulisannya, kamu diajak untuk mengerti bahwa dunia berjalan sesuai dengan kesadaran diri.
The Things You Can See Only When You Slow Down dibagi menjadi delapan sub-bab, yaitu Rest, Mindfulness, Passion, Relationships, Love, Life, The Future, dan Spirituality. Kedelapan sub-bab tersebut berisi refleksi atas segala hal yang sedang dialami banyak orang, mulai dari pekerjaan, masa depan, hingga hubungan dengan diri sendiri dan orang lain.
Sebenarnya pikiran negatif yang muncul belum tentu salah karena hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai antisipasi, namun penting untuk menyadari bahwa kamu memiliki kendali atas pikiran-pikiran tersebut. Semoga 7 rekomendasi buku self healing ini dapat membantu kamu, ya. Selamat membaca!