Masih meragukan keyakinan bahwa industri digital memiliki potensi ekonomi menggiurkan bagi Indonesia? Tengok saja perkembangan e-commerce yang menjadi salah satu indikatornya paling jelas saat ini. Hari ini Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) merilis hasil riset tentang perubahan perilaku konsumen Indonesia saat melakukan transaksi online, serta membaca ke mana arah perkembangan sektor bisnis ini.
Acara ini merupakan acara lanjutan yang diadakan oleh idEA di The Hermitage Menteng pagi hari dengan tamu dari berbagai perwakilan pelaku e-commerce dan perwakilan kementrian atau sekarang lebih disebut sebagai ekonomi digital. Pada acara pagi hari dilakukan lebih santai dengan pemaparan hasil reset dengan ratusan responden dan diskusi dengan berbagai anggota dan kementrian untuk mencari langkah apa saja yang harus dilakukan mendatang antara pengusaha dan pemerintah untuk semakin memajukan ekonomi digital ini.
Seiring meluasnya jangkauan layanan internet, bisnis e-commerce di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir. Tidak tanggung-tanggung, dalam kurun waktu tersebut, industri ini sudah berhasil melahirkan sejumlah unicorn lokal. Belum lagi pemain asing yang ikut mendapat peran di sektor e-commerce Indonesia.
Pada kesempatan itu, CEO Bhinneka dan founder idEA, bapak Hendrik Tio juga hadir sebagai Dewan Konsultasi. Seperti kita ketahui bahwa saat ini Bhinneka telah berdiri selama 26 tahun semenjak perusahaan tersebut didirikan pada 1993. Sementara Bhinneka mulai merambah bisnis secara online pada 1999. pada kesempatan itu bapak Hendrik Tio sempat berujar bahwa “Sekarang yang harus digaungkan adalah sustainability, unicorn seharusnya tidak menjadi tujuan,” ujarnya. “Unicorn itu penting tapi yang lebih penting sustainability.”
Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untung mengatakan bahwa perkembangan mal digital saat ini sudah memasuki fase ketiga. “Persaingan di fase ketiga ini lebih beragam. Pendanaan, ekspansi, dan raihan kepercayaan konsumen di tengah makin banyaknya pilihan e-commerce saat ini,” kata Untung dalam acara pemaparan survei idEA di Jakarta.
Untung menjelaskan, bersamaan dengan meluasnya jaringan internet 4G, pembahasan terkait perusahaan rintisan yang memiliki valuasi US$1 miliar pun kian gencar. Bukan satu, melainkan empat unicorn sekaligus yang muncul di Indonesia. Sejak itu, persaingan e-commerce semakin berwarna. Beberapa tumbuh kian kokoh, di sisi lain ada pula pemain yang akhirnya harus menutup bisnisnya.
Padahal tidak sedikit dari nama-nama tersebut yang berasal dari luar negeri, dan didukung dengan modal sangat besar. Dengan demikian, akan muncul pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik agar para pelaku di sektor ini bisa bertahan lama (sustain). Indonesia memang merupakan pasar besar yang menarik. Meski begitu bukan tanpa tantangan. Ecommerce membutuhkan kepercayaan konsumen sebagai salah satu kunci utama menuju sukses. Survei yang dilakukan idEA menunjukkan hasil yang menarik. Konsumen cenderung lebih percaya pada e-commerce yang sudah berdiri lebih lama. Inovasi dan lamanya usia sebuah e-commerce menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut memang layak dipercaya.
“Terlebih perusahaan yang sudah lama, setidaknya 10 tahun, berkecimpung di platform digital akan semakin membuat konsumen merasa aman berbelanja. Bukan sekadar percaya, tapi merasa begitu nyaman ketika harus bertransaksi melalui platform digital,” ujar Untung menjelaskan. Fakta ini, lanjut Untung, memperlihatkan bahwa sustainability juga tak kalah penting dengan sebutan unicorn bagi sebuah e-commerce. Bertahan di banyak kondisi selama bertahun-tahun membuat menjadi salah satu tolak ukur e-commerce yang sustain.
Sebagai asosiasi, idEA tentu memiliki peran penting dalam memastikan eksistensi e-commerce di masa mendatang. Untung mengatakan, akan mengadakan program untuk mendukung tujuan ini. “Akan ada startup mentoring, diskusi, dan regulasi terkait persaingan yang fair,” ujarnya menegaskan. “April nanti, kami akan menyelenggarakan idEA Works yang bisa menjadi solusi terkait ketersediaan talenta potensial di industri digital. Kami berharap para pemain besar di industri ini bersedia ambil bagian dalam acara ini.”