Top merchant merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Bhinneka untuk mengapresiasi merchant yang memiliki perkembangan bisnis yang sangat baik. Top merchant kali ini diperoleh dari Campus Marketplace Hamzanwadi.
Campus Marketplace Hamzanwadi adalah sebuah platform yang diperuntukkan khusus bagi mahasiswa, staf, pengajar, alumni, bahkan masyarakat di Universitas Hamzanwadi NTB untuk dapat memasarkan produk dan jasa UMKM mereka, serta dapat dijadikan laboratorium kewirausahaan untuk menghasilkan wirausahawan yang dapat bersaing di era globalisasi saat ini. Setiap civitas akademika dapat menuai manfaat dengan menjadi merchant ataupun pembeli di platform Campus Marketplace yang dapat diakses melalui link hamzanwadiexpo.bhinneka.com
Merchant adalah individu atau kelompok yang menjual barang atau jasa yang memiliki toko offline atau pun online. Yang membedakan merchant dengan toko lain adalah pada sistem pembayaran yang mana bekerja sama dengan bank dalam penyediaan layanan pembayaran dalam bentuk e-money bank.
Campus Marketplace Hamzanwadi sendiri terdiri dari berbagai macam merchant yang berasal dari civitas akademika Universitas Hamzanwadi NTB. Di antara banyaknya merchant yang ikut serta dalam platform tersebut, tentu ada merchant terbaik di antara merchant lainnya. Bhinneka sangat mengapresiasi merchant terbaik tersebut dengan memberikan bantuan usaha yang diberikan kepada setiap merchant.
3 top merchant dalam Campus Marketplace Hamzanwadi adalah Kebulo, Babeti, dan Keripik Telur. Berikut detail usaha yang dijalankan oleh setiap merchant:
1. Top merchant pertama adalah Kebulo
Kebulo menjadi salah satu top merchant di Campus Marketplace Hamzanwadi. Kebulo merupakan kependekan dari Kebab Buah Lokal yang dirintis pada bulan Juli 2022. Latar belakang berdirinya Kebulo diawali dengan adanya project dari tugas kampus di mana setiap 5 orang dalam satu tim harus membuat usaha ekonomi kreatif, sehingga mereka ingin membuat suatu usaha yang berbeda dengan yang lainnya.
Kebulo sama seperti kebab pada umumnya, namun yang berbeda hanya isian dalam kebab tersebut. Jika kebab pada umumnya berisi dengan sayuran, daging serta sosis, kebulo berisi dari buah pisang, alpukat, nanas, strawberry dan apel yang diberi toping coklat, susu kental manis, keju, dan meses ceres. Setiap kebab memiliki harga Rp 10.000. Mereka memiliki supplier untuk menyediakan persediaan bahan baku berupa buah lokal yang berasal dari Sembalun, Lombok Timur.
Kebulo memiliki target market yaitu anak-anak yang menyukai makanan yang manis. Walaupun begitu, Kebulo juga disukai oleh anak remaja serta orang dewasa. Bahkan, seorang dosen di Universitas Hamzanwadi NTB telah mengajak kerja sama Kebulo untuk menyediakan menu tersebut di cafenya.
Untuk cara pemasaran yang dilakukan oleh merchant ini dengan memasarkannya melalui Campus Marketplace Hamzanwadi dengan mendesign produk dengan sebaik mungkin untuk menarik perhatian pembeli. Mereka juga menyebar link produk melalui grup Whatsapp keluarga ataupun orang tedekat mereka serta membantu setiap pembelinya untuk mendaftar di Campus Marketplace Hamzanwadi.
Keunggulan dalam usaha ini adalah mereka memproduksi makanan yang menyehatkan karena mengandung vitamin dari buah-buahan dan merupakan sebuah bisnis yang pertama kali membuat kebab berisi buah.
Kebulo memiliki beberapa hambatan, seperti belum banyak orang yang menggunakan Campus Marketplace Hamzanwadi, sedangkan mereka menjual melalui platfrom tersebut. Mereka juga harus membantu setiap pembeli mereka untuk mendaftar di platform tersebut. Lalu, mereka juga pernah mengalami kehabisan stok kulit kebab ketika melakukan acara Grand Launching Kebulo, sehingga kedepannya mereka memperbanyak kulit kebabnya.
Kebulo juga menyediakan beberapa macam promo ketika menjalankan usaha ini, seperti menggratiskan 1 kebulo gratis bagi setiap pembeli yang berhasil membawa 5 orang temannya untuk datang ke acara Grand Launching Kebulo, memberi diskon sebesar 70% bagi setiap transaksi penggunaan akun, dan membuat strategi promo dengan memberi potongan harga untuk Kebulo dengan harga Rp 11.000 dan Rp 15.000 menjadi Rp 10.000 saja.
Salah satu owner dari Kebulo memberikan tips dan trik bagi wirausahawan yang ingin mengembangkan usahanya melalui platform ini yaitu dengan memperbanyak iklan serta mempercantik design produk.
2. Top merchant kedua adalah Babeti
Babeti adalah kependekan dari Barang Bekas Berkualitas Tinggi yang dirintis pada tahun 2021. Latar belakang berdirinya Babeti diawali dengan adanya keperluan Ujian Tengah Semester di mata kuliah Kewirausahaan di mana sebuah tim harus membuat sebuah usaha. Akhirnya, terbentuklah usaha Babeti yang dijalankan oleh Indri bersama dengan 4 orang temannya.
Beberapa produk dari Babeti yaitu Hiasan Dinding Merak, Mirror Sun, Mirros Silver Sun, dan Gold Sun. Semua produknya dibuat dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari barang bekas yang tidak terpakai. Untuk harga produk berkisar antara Rp 20.000 per buah untuk ukuran 10 cm hingga Rp 60.000 per buah untuk ukuran 50 cm, tergantung dari ukuran produk. Pembuatan produknya sendiri menjalankan prinsip social entrepreneur dengan memanfaatkan tenaga kerja di sekitar mereka yaitu ibu-ibu rumah tangga yang memiliki kegemaran membuat kerajinan tangan.
Babeti memiliki target pasar yaitu anak muda perempuan dan ibu rumah tangga yang suka menghias ruangan. Sejauh ini, pembeli Babeti berasal dari orang-orang yang berada di sekitar tempat produksi, tempat berjualan, dan orang-orang yang mereka kenal saja.
Untuk strategi pemasaran yang dilakukan Babeti dengan cara memasarkan produk melalui platform Campus Marketplace Hamzanwadi dan media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Keunggulan yang dimiliki produk ini adalah dapat memperindah ruangan, seperti: ruang tamu, ruang tv, taman, dan kamar. Namun, di samping memiliki keunggulan produk, Babeti memiliki beberapa hambatan dalam menjalankan usaha ini, yaitu bahan baku untuk membuat produk sulit dicari.
Walaupun begitu, bagi setiap pembeli yang ingin membeli produk ini tentu masih tersedia, karena Babeti masih memiliki stok bahan baku untuk membuat produk sesuai keinginan pembeli. Indri, salah satu owner Babeti menuturkan beberapa tips dan trik yang dapat diterapkan wirausahaan lain untuk mengembangkan produk usaha, yaitu dengan membuat lebih banyak varian, meningkatkan kualitas produk, dan memperbaiki kemasan produk.
3. Top merchant ketiga adalah Keripik Telur
Keripik Telur adalah sebuah usaha yang bergerak di bidang makanan yang dirintis pada tanggal 2 November 2020 oleh 4 mahasiswa, yaitu Desi, Iskandar, Oki, dan Lia. Berawal dengan melakukan survei ke orang terdekat untuk menentukan produk yang akan dijual diantara 3 jenis produk makanan. Lalu, hasil survei menunjukkan bahwa Keripik Telur adalah makanan yang paling disukai di antara 2 jenis produk makanan lainnya, sehingga mereka memutuskan untuk menjual Keripik Telur.
Teknik pembuatan Keripik Telur terdiri dari dua langkah, yaitu mencampurkan semua bahan, seperti telur, terigu, tapioka, ketumbar, dan bumbu lainnya, lalu dipanggang dan digoreng. Untuk 50 gram adonan tepung dapat menghasilkan 6 bungkus Keripik Telur yang dijual Rp 10.000 per bungkusnya. Oleh karena itu, dari 50 gram adonan tersebut, pendapatan mereka adalah Rp 60.000 dengan laba bersih sebesar Rp 15.000.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Keripik Telur didapat dari toko terdekat dan masih memproduksi dalam porsi yang sedikit. Produk tersebut juga bisa tahan lama selama 3 minggu. Mereka memiliki beberapa varian produk, di antaranya adalah Keripik Telur Original, Pedas Manis, Jagung Manis, dan Balado.
Sebelum memasarkan produk, mereka harus memahami target market penjualan produk mereka terlebih dahulu sehingga mempermudah dalam memasarkannya. Keripik Telur memiliki target market, yaitu semua kalangan dari berbagai usia, dari mulai anak-anak hingga orang dewasa.
Keripik Telur tidak hanya memasarkan produknya di Campus Marketplace Hamzanwadi, tetapi juga gencar memberikan promosi dan diskon di media sosial. Untuk kedepannya, Keripik Telur memiliki peluang yang besar untuk berkembang karena mereka belum memiliki pesaing dan banyak pelanggan yang menyukai produk ini.
Banyak pelanggan yang menanyakan kapan mereka akan memproduksi keripik telur lagi, tetapi karena sedang sibuk dengan kuliah masing-masing, mereka tidak punya cukup waktu untuk membuat dan menjualnya. Untuk sejauh ini, jumlah pembeli di Campus Marketplace Hamzanwadi sebanyak 9 pembeli dan mereka telah memproduksi sebanyak 4 kali dalam seminggu. Untuk sekali produksi, mereka hanya memproduksi sebanyak 50 gr, sehingga dalam seminggu mereka memperoleh laba sebanyak Rp 60.000
Keunggulan yang dimiliki produk ini adalah tidak menggunakan pengawet dan pewarna buatan. Walaupun memiliki keunggulan, mereka masih menghadapi beberapa hambatan dalam menjalankan usaha ini, seperti:
- Produk ini masih cukup awam di masyarakat sehingga beberapa orang masih ragu untuk mencobanya. Namun, mereka mencoba mengatasi hambatan ini dengan memperbanyak promosi produk yang dilakukan di WhatsApp, Facebook, dan Instagram
- Produk ini hanya tahan selama 3 minggu karena tidak menggunakan pengawet, sehingga tidak disarankan untuk pengiriman yang terlalu jauh
- Mereka masih kurang memahami mengenai mekanisme berjualan di platform Campus Marketplace Hamzanwadi, khususnya mengenai mekanisme pengiriman produk.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 3 top merchant Campus Marketplace Hamzanwadi menunjukkan bahwa marketplace ini memberikan dampak yang positif kepada para merchant di Universitas Hamzanwadi NTB. Dari kesimpulan saran yang diberikan oleh 3 top merchant untuk mengembangkan usaha yang dijalani adalah mempercantik design produk di marketplace, memperbanyak varian produk, mempercantik kemasan produk, dan meningkatkan kualitas produk.