Wawancara Ekslusif Bhinneka DPS di Printgraphicmagz.com
Hadir selama 25 tahun, Bhinneka bertumbuh dari toko online pertama sekaligus pelopor e commerce di Indonesia, menjadi perusahaan dengan beberapa lini bisnis. Salah satunya adalah Bhinneka Digital Printing Solutions (DPS), yang secara spesifik melayani pengadaan large format inkjet digital printing, konsultasi dan solusi bisnis, pelayanan purnajual, serta keperluan terkait sejak 1993. Saat ini Bhinneka DPS merupakan pemasar resmi merek Roland, serta menjadi partner untuk HP, serta beberapa merek besar lainnya yang menyasar segmen premium. Untuk segmen entry level to middle-up, Bhinneka DPS juga menghadirkan sejumlah merek pabrikan Tiongkok, yakni Flora, LeiQuan, Colmar, dan FULEI.
Perkembangan mesin digital printing dalam dua tahun terakhir ini cukup mengalami perubahan yang cukup signifikan. Merupakan suatu kehormatan bagi kami, Print Graphic melakukan sesi wawancara dengan Bapak Tommy Chandra selaku Direktur Bhinneka Digital Printing Solution (DPS), perihal perkembangan Bhinneka dan mesin-mesin yang baru diluncurkannya. Berikut ini petikan wawancara yang kami ambil langsung dari printgraphicmagz.com :
Bhinneka mengalami pertumbuhan penjualan secara signifikan sepanjang dua tahun terakhir. Bagaimana pendapat Bapak mengenai hal ini ?
Tommy Chandra : “Memang tidak dipungkiri ada peningkatan penjualan mesin-mesin yang dipasarkan Bhinneka Digital Printing Solution dalam dua tahun terakhir ini. Masuknya personil manajemen baru memberi darah segar bagi kekuatan team sales kami. Tentunya dalam kerjasama team, perlu bersinergi antara team managerial dengan team yang berada di lapangan. Selain team bagus juga, mesin yang kita pasarkan juga harus mendukung.
Memang, di pasar digital printing akan selalu ada orang yang berani menjual murah, berani banting harga, atau berani menghutangi barangnya dalam jangka panjang. Tetapi kalau saya lebih cenderung membawa Bhinneka ke arah yang berbeda, dimana kesesuaian antara produk high-end dan layanan yang baik. Harga memang tidak boleh terlalu mahal juga, tetapi menjadikan customer sebagai mitra yang berkelanjutan adalah prioritas.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=hnz74TdFvjQ&w=560&h=315]
Bagaimana pendapat anda mengenai perkembangan teknologi cetak large format saat ini?
Tommy Chandra : “Teknologi yang kita lihat di luar negeri, untuk level market mesin outdoor ukuran 3.2 meter. Kita di Indonesia memang agak tertinggal, kita masih berkutat dengan solvent. Memang bukan sepenuhnya salah pasar. Dimana sebenarnya ada banyak masalah terhadap penggunaan jenis tinta solvent, seperti limbahnya yang beracun (tidak ramah lingkungan), tetapi selama regulasi pemerintah belum cukup jalan untuk membendung keberadaan solvent, maka selama itu pula pelaku pasar lebih banyak menggunakannya, selama end user minta harga semurah-murahnya. Ini sangat jauh berbeda dengan di luar negeri. China saja sudah menggunakan teknologi UV, apalagi Eropa dan Amerika Serikat, yang sudah Go Green. Oleh karena itulah saya mulai masuk ke pasar UV.
Apa yang mendasari Bapak untuk tetap memasuki ranah UV Printing walau print volumenya di Indonesia masih terbilang rendah?
Tommy Chandra : “Menurut saya, walau lambat tetapi ke depannya, pasar Indonesia semuanya akan mengarah kesana. Teknologi UV memang mahal. Baik dari segi aplikasi teknologinya maupun tintanya. Akibatnya unit-unit yang ada di pasar relatif agak tinggi. Berbeda dengan Latex yang hanya ada 1 pilihan tinta saat ini, kebanyakan supplier tinta UV menawarkan beberapa varian yang berbeda-beda, baik hard dan flexible. Sehingga kami coba masukkan model-model dengan teknologi UV yang bisa diaplikasikan untuk entry-level. Salah satunya, kami masukkan mesin Flora Xtra 320UV dengan printhead Ricoh Gen 5 dan Colmar UV flatbed printer.
Tetapi yang perlu diperhatikan oleh para pemain digital printing perihal karakteristik tinta UV adalah sifat tinta UV yang bisa menciptakan efek timbul itu di sisi lain justru bisa dimanfaatkan untuk membuat efek teksturized sehingga menambah nilai artistik dari hasil printingnya. Tetapi di sisi lainnya, tinta UV cenderung lebih kaku sehingga kurang cocok untuk aplikasi yang membutuhkan kelenturan, seperti cetak stiker untuk branding kendaraan.
Saturasi tinta UV yang tinggi membuat hasil backlit UV adalah salah satu yang terbaik terutama di file denga dominasi warna gelap (85% ke atas). Dalam hal ini, menurut saya hanya bisa diimbangi oleh hasil sublimation ink / disperse dye ink.”
Bhinneka juga menjual HP Latex. Ini menjadikan Bhinneka memiliki banyak varian pilihan mesin sesuai aplikasi tinta. Bagaimana pandangan anda tentang Latex terhadap UV printing?
Tommy Chandra : “Latex dan UV sama-sama menjual konsep print di semua bahan, tetapi masing-masing memiliki keunggulan. Tinta latex fleksibel, sehingga bagus buat aplikasi tertentu seperti branding mobil, salah satunya. Selain itu, tinta Latex tidak seperti UV yang bertekstur, sehingga hasil print latex rata seperti hasil cetak konvensional (offset). Hasil pada backlit juga bagus. Tapi karena pengeringan tinta latex harus dibantu dengan panas (heater di printer latex rata-rata cukup tinggi temperaturnya, sekitar 80° celcius ke atas), jadi kurang cocok untuk bahan-bahan yang sensitif terhadap suhu.
Dapatkan berbagai produk large format printer dan berbagai keperluan bisnis Anda yang lengkap di Bhinneka.Com dengan harga menarik dan bergaransi resmi yang #AsliBikinTenang
Sumber : https://www.printgraphicmagz.com/2020/01/09/meningkatnya-penjualan-bhinneka-karena-team-yang-solid-mesinnya-juga-mendukung/
Leave a Reply